Senin, 05 Desember 2011

TRADISI TOK-OTOK MADURA PERANTAUAN

  Madura di Perantauan dan Tradisi Arisan Otok-Otok
Manusia merupakan makluk sosial yang berinteraksi dengan makluk lainnya. Dalam kehidupan bermasyarakat perlunya interaksi tersebut guna menjalin suatu hubungan yang harmonis dengan individu yang lainnya. Interaksi merupakan sutu hubungan timbal balik dan respons antar individu, antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok. Pada masyarakat saat ini, cara yang dilakukan untuk menjaga keharmonisan dalam berkomunikasi serta mempererat tali persaudaraan dengan anggota keluarga yang lain yaitu dengan mengadakan arisan keluarga. Kegiatan ini dilakukan untuk lebih mengenal karakter keluarga yang lainnya serta dapat mempererat tali persaudaraan. Arisan merupakan suatu kegiatn berkumpul yang terdiri dari kelompok orang yang mengumpul uang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu. Setelah uang terkumpul, salah satu dari anggota kelompok akan keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan jalan pengundian, namun ada juga kelompok arisan yang menentukan pemenang dengan perjanjian. Arisan beroperasi di luar ekonomi formal sebagai sistem lain untuk menyimpan uang, namun kegiatan ini juga dimaksudkan untuk kegiatan pertemuan yang memiliki unsur “paksa” karena anggota diharuskan membayar dan datang setiap kali undian akan dilaksanakan.
Saat arisan berlangsung para anggota arisan bisa bertukar informasi, sharing tentang masalah dalam rumah tangga, berbagi pengalaman, dan banyak hal lainnya. Terkadang dalam suatu kegiatan ada kegiatan diluar pengertian arisan itu sendiri; misalnya ada demonstarsi tentang langkah awal mengatasai kebakaran akibat kompor gas yang sebelum ada tim pemadam kebakaran.
 Selain ada kelebihan terdapat pula kelemahan dari kegiatan arisan. Beberapa individu menjadikan arisan sebagai ajang ‘pamer’ atas suatu kelebihann yang mereka miliki. Misalnya saat menghadiri arisan ibu-ibu memakai perhiasan yang berlebihan atau pakaian brandnew yang tekenal dan sebagainya yang malah membuat kecenderungan sosial ataupun malah menjadi bahan gosipan ibu-ibu lain. Selain dampak negative tersebut ada juga dampak negative seperti misalnya salah satu individu sudah mendapatkan giliran untuk menang namun untuk pertemuan berikutnya dia tidak membayar uang arisan lagi mungkin dengan alasan belum ada uang dan akan membayarnya langsung kepada pemenang baru ataupun lebih parah lagi salah satu individu yang sudah mendapatkan giliran menang langsung kabur, memnghilang entah kemana. Sarana pemasaran dan membuat jaringan. Kalau Anda perhatikan, dalam setiap pertemuan arisan, selalu saja ada yang membawa barang dagangan untuk dipasarkan disitu.
 Masyarakat etnis Madura yang menetap di Surabaya mempunyai cara sendiri untuk menjaga solidaritas kekerabatannya. Warga Madura di perantauan memiliki daya kebertahanan yang bisa diandalkan. Di samping keberadaan solidaritas di kalangan mereka sangat tinggi, mereka memiliki satu bentuk wahana yang mampu memberikan gerak dan interaksi secara terencana, yakni tradisi otok-otok. Kegiatan ini dilakukan secara turun temurun atau generasi ke generasi. Tradisi sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan yang dilakukan secara turun temurun dan merupkan bagian dari masyarakat tersebut. Otok-otok ini merupakan kegiatan serupa arisan yang terdiri dari sekumpulan orang-orang untuk berkumpul dan memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan pengolahan uang.

Tradisi otok-otok ini kegiatan yang merupakan ajang bergengsi dikalangan etnis Madura yang merantau. Adanya kegiatan ini untuk mempererat dan mempertahankan solidatitas kekerabatan etnis Madura yang berada di tanah rantauannya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan kerabat atau berkerabat adalah orang yang memiliki “hubungan darah” dengan orang lain (individu yang lain) baik dari keturunan ibu maupun ayahnya. Orang yang memiliki hubungan darah tersebut banyak jumlahnya, maka besar kemungkinan di antara mereka tidak saling mengenal. Mereka hanya mengenal beberapa saja diantara mereka dan mengetahui seluk beluk ikatan kekerabatannya dengan mereka, karena dari seluruh kerabat “biologis” nya hanya sebagian kecil saja yang merupakan kerabat “sosiologisnya” nya. Bagi seorang individu, kaum kerabat ‘sosiologi” nya itu dibedakan berdasarkan adanya hubungan kekerabatan, kesadaran akan hubungan kekerabatannya, pergaulan berdasarkan hubungan kekerabatan.

Hubungan kekerabatan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip keturunan yang bersifat selektif, mengikat sejumlah kerabat yang bersama-sama memiliki sejumlah hak dan kewajiban tertentu, misalnya hak waris atas harta, gelar, pustaka, dan lain-lain. Serta juga hak atas kedudukan, kewajiban untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama seta kewajiban untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif bersama-sama. Hal ini pula yang dilakukan warga etnis Madura yang merupakan warga rantau di Surabaya dengan kegiatan yang mereka lakukan, yaitu otok-otok. Dengan adanya kegiatan otok-otok yang menjadi tradisi ini semakin mempererat solidaritas etnis Madura di Surabaya.

Kegiatan otok-otok yang dilakukan warga etnis Madura ini adalah untuk mempererat tali silahturahmi serta menjaga keutuhan solidaritas mereka sebagai warga rantau di Surabaya. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari hingga dini hari atau semalam suntuk. Dalam kegiatan ini ada beberapa acara salah satunya adalah menampilkan kesenian khas Madura, yang berupa tarian. Dalam tradisi Madura, otok-otok merupakan kegiatan yang besar. Maksud dari kata besar disini adalah otok-otok merupakn kegiatan yang serupa arisan dengan serangkaina acara yang didatangi atau yang dihadiri oleh seluruh etnis Madura di Surabaya. Acara otok-otok ini selalu diiringi dengan musik, baik berupa musik lokal maupun non lokal seperti lagu-lagu Bollywood. Warga yang menghadiri acara otok-otok ini merupakn warga asli Madura yang tinggal dan menetap di Surabaya sudah lama. Baik yang tua maupun yang muda, laki-laki maupun wanita hadir dalam acara ini. Namun, untuk para wanita, biasanya tidak mengikuti hingga acara selesai. Dalam kegiatan ini tempat antara wanita dan laki-laki terpisah. Kegiatan ini juga dibumbui dengan kegiatan minum minuman keras. Di atas meja yang disediakan terdapat beberapa botol minuman keras yang siap untuk dikonsumsi. Tidak jarang akibat kegiatan tersebut muncul suatu kerusuhan atau perselisihan. Namun pihak dari tuan rumah yang mengadakan kegiatan ini pun sudah menyimpkan tim pengaman dari pihak kepolosian untuk menjaga keamanan dalam berjalannya kegiatan tersebut.

Perselisihan dalam  Otok-otok
Dalam kegiatan yang sudah menjadi tradisi ini sudah tentu memiliki pengurus untuk kegiatan ini. Upaya warga etnis Madura untuk tetap bertahan di kota Surabaya ini baik untuk ditiru, dengan hidup di tanah orang mereka memiliki kegiatan untuk tetap bertahan dengan kebudayaan mereka sendiri. Hal ini juga dapat dilihat dari acara di dalamnya, mulai dari kegiatan di dalamnya hingga baju yang merekaa kenakan. Sebagian dari mereka, terutama yang tua laki-laki mengenakan pakaian adat Madura. Pakaian adat Madura, kaos bergaris-garis berwarna putih dan merah dengan di beri serupa rompi berwarna hitam dengan perpaduan celana kain hitam pula. Selain garis kaos putih dan merah yang menyimbolkan pakaina adat Madura, juga topi yang serupa belangkon jawa tanpa bendol di bagian belakangnya namun seperti kain yang menonjol dari bagian belakang.
dalam pelaksanaanya, sering sekali terjadi perselisihan. Ini akibat dari tradisi sekelompok dari mereka yang hadir untuk minum minuman keras. Minuman keras dapat membuat seseorang mabuk dan melakukan hal-hal yang diluar dari alam sadarnya. Bahkan banyak kasus carok yang terjadi dari kegiatan otok-otok ini. Disyangkan jika hal ini sering terjadi, karena tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mempererat solidaritas kelompok yakni etnis Madura yang berada di tanah rantau, Surabaya ini. Karakteristik masyarakat Madura sebagai etnis yang terkenal solid dalam hubungan kekerabatannya serta loyal. Namun, tetap saja tidak terlepas dari perspektif yang negatif terhadap perilaku etnis Madura yang terkenal dengan keras dan temperamental. Berbagai hal yang negatif menjadi identitas etnis Madura namun hal ini tidak melunturkan karakteristik Madura yang pemberani dan menjadi salah satu etnis yang berkarakter dan memiliki kaya budaya yang perlu terus dilestarikan oleh generasi penerusnya.
Pelestarian budaya Madura ini dapat menjadikan etnis Madura tetap bersatu dalam globalisasi sekarang ini. Tradisi otok-otok ini misalnya, selain sebagai ajang untuk mempererat solidaritas kekerabatan entis madura yang tinggal di Surabaya juga sebagai warisan budaya yang peelu di lestarikan. Kegiatan ini merupakan simbol dari kekerabatan Madura yang memiliki solidaritas yang tinggi. Hubungan kekerabatan yang terjalin dengan baik untuk bertahan dan survive di tanah orang mampu untuk menjaga kebertahanan kelompok etnis tersebut.