Sabtu, 23 Juli 2011

MEMAYU HAYUNING BAWANA




        MEMBANGUN KEMBALI RATU BOKO
(Kompleks Bangunan Keraton Masa Jawa Klasik)

Jasmerah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah begitu pesan pemimpin pertama negeri ini.  Bangsa ini memiliki begitu banyak sejarah yang patut untuk dibanggakan, entah itu mengenai suatu cerita, benda ataupun berupa budaya. Begitu pula dengan citra candi Ratu Boko yang merupakan sejarah panjang dari kehidupan masa klasik.  Candi yang memiliki keunikan dan wilayah yang sangat luas ini terletak di desa Bokoharjo, kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman.  Kini bangunan itu telah berhasil diselamatkan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, walaupun tidak secara keseluruhan bisa diselamatkan.  Namun upaya pemugaran terus tetap dilakukan untuk melestarikan peninggalan sejarah zaman klasik itu. 

Bangunan Candi
Candi Ratu Boko adalah candi yang terletak di atas perbukitan Boko, memiliki wilayah yang sangat luas dibandingkan dengan temuan candi-candi yang sudah ada, luas wilayahnya kurang lebih mencapai 160.896 meter persegi atau sekitar 17 hektar dengan ketinggian 195,97 meter di atas permukaan laut. Letak candi Ratu Boko ini tidak jauh dari candi Prambanan yakni 3km dan 1km dari candi Kalasan.  Dari sini kita bisa melihat candi Prambanan dan Kalasan dari ketinggian Candi Ratu Boko.  Candi Ratu Boko ini dikelilingi oleh candi-candi di bagian timur, barat juga tenggara seperti candi Ijo, Barong, Miri, Candi Banyunibo dan reruntuhan candi-candi lainya yang letaknya mengikuti dengan struktur punggng perbukitan Boko.
Canndi Ratu Boko merupakan jenis candi yang digunakan untuk pemujaan atau tempat sembahyang dan juga kompleks pemukiman.  Dengan ditemukannya arca-arca budha dan hindu menjadi dugaan bahwa candi ini dulunya digunakan untuk kegiatan persembahyangan dan sekaligus dikelola atau di pelihara oleh dua agama tersebut selama kurang lebih 100 hingga 200 tahun. 
Berdasarkan temuan prasasti, candi ini didirikan oleh seorang raja bernama Rakai Pikatan pada abad VIII.   Kawasan candi Ratu Boko ini merupakan kompleks kerajaan yang terlihat dari nama-nama bangunan yang ada, seperti halnya pendapa, keputren, paseban dan juga nama lainnya.  Setelah candi ini ditemukan kembali, pemugaran pertama dilakukan oleh seorang arkeolog Belanda bernama  Van Bocckholtz, tahun 1790.  Pada tahun 1915 candi ini di teliti oleh FDK Bosh dan mendapat kesimpulan bahwa candi Ratu Boko merupakan kompleks keraton pada zaman Jawa klasik.  Pemugaran selanjutnya dilakukan pada tahun 1938dan 1973.  Setelah itu pemugaran diambil alih oleh pemerintah Indonesia.  Kemudian pemugaran dilakukan pada situs-situs yang tampak saja dan yang belum terlihat akan terus dilakukan penelitian.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar