Minggu, 12 Juni 2011


Mengapa orang suka terlambat? 
( Analisis berdasar teori-teori Antropologi Psikologi.)

Secara umum, kepribadian dapat didefinisikan sebagai ciri-ciri watak yang konsisten sehingga seseorang memiliki suatu identitas (Koentjraningrat 2005:99). Menurut Koentjaraningrat, kepribadian memiliki tiga unsur penting yaitu pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri (Koentjaraningrat 2005:99-105).
Unsur yang berdasarkan pengetahuan, unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar itu terkandung di dalam otak mereka secara sadar. Manusia hidup dalam alam sekitarnya akan mendapatkan banyak hal yang mereka terima melalui panca indera, misalnya bagaimana meraka bisa melihat warna yang memberi nama atau identitas warna tersebut, serta dari indera pendengaran, dapat membedakan suara apa yang di dengar. Semua hal ini dalam ilmu Antropologi merupakan persepsi, yaitu seluruh proses akal yang disadar untuk menggambarkan hal-hal yang umum. Sedangkan dari unsur perasaan adalah sesuatu hal yang kita rasakan, seolah-olah kita merasakannya. Misalnya, pada saat kita melihat gambar makan dan pada waktu itu kita memang sedang lapar, maka kita akan membayangkan makanan itu untuk kita makan, hal ini yang disebut apersepsi. Apersepsi adalah penggambaran atau pengertian baru tentang hal-hal yng menarik. yang menimbulkan suatu perasaan yang positif dalam kesaadarannya. Unsur yang lain adalah doringan naluri. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri menurut ahli-ahli psikologi, salah satunya adalah dorongan untuk meniru tinglah laku sesamanya.

Koentjaraningrat mengungkapkan dalam teorinya tersebut, kita dapat melakukan analisis terhadap kasus yang ada yaitu kesukaan orang terlambat. Banyak alsan mengapa orang terlambat tetapi sebelumnya kata  terlambat yang dilakukan oleh seorang individu dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan yang tidak tepat waktu dengan waktu yang dijadwalkan. Pada beberapa orang, terlambat seakan sudah menjadi suatu kebiasaan, padahal dalam pandangan masyarakat secara umum terlambat merupakan suatu hal yang tidak baik. Namun, pandangan ini seakan tidak dipedulikan oleh orang yang suka terlambat.
Orang yang suka terlambat ini memiliki suatu kepribadian yang memang suka terlambat. Tentu saja, kebiasaannya ini tidak terbentuk begitu saja, namun melalui serangkaian proses yang membentuknya seperti demikian. Seperti yang disebutkan, terdapat tiga unsur yang membentuk suatu kepribadian, yang pertama yaitu pengetahuan. Pengetahuan ini berada dalam otak atau pemikiran manusia mengenai keadaan lingkungannya, yang dibentuk dengan serangkaian proses berupa melihat, merasa, mendengar, mencium yang tiada henti selama hidup manusia. Berkaitan dengan terlambat, seseorang sangat dimungkinkan mengetahui bahwa terlambat tidak memiliki sanksi tegas yang dikenakan kepadanya. Sejak kecil seseorang tersebut sudah sering terlambat dan tidak mendapatkan sanksi. Dengan demikian, dalam pikiran orang tersebut terbentuk suatu konsep pengetahuan yang membiarkan dirinya untuk tetap terlambat.
            Unsur yang kedua yaitu perasaan. Perasaan juga terbentuk karena adanya kemampuan indera dalam mendapatkan pengetahuan. Kesadaran yang ada dalam otak manusia membiarkan perasaannya untuk menilai suatu hal tertentu, yang oleh Koentjaraningrat diberi nilai positif atau negative (Koentjaraningrat 2005:102). Pada saat seseorang merasa positif tentang suatu hal, maka ia akan menjadi tertarik dan terbiasa akan hal tersebut. Demikian juga dengan orang yang terlambat, dalam perasaannya terbentuk suatu nilai positif yaitu merasa aman dan tidak ada hal buruk saat ia terlambat untuk yang pertama kali. Di waktu selanjutnya, terlambat akan menjadi sesuatu yang biasa bagi dirinya, sehingga ia akan terus melakukan hal tersebut.
            Unsur yang ketiga yaitu dorongan naluri. Koentjaraningrat merangkum beberapa pemikiran para ahli psikologi mengenai jenis dorongan naluri, yang setidaknya ada tujuh macam yaitu dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan seks, dorongan untuk mencari makan, dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya, dorongan untuk berbakti, dan dorongan untuk keindahan. Dari tujuh bentuk dorongan naluri ini, dorongan untuk meniru orang lain merupakan hal yang menjadi landasan orang suka terlambat. Saat seseorang melihat orang lain terlambat dan tidak mendapat sanksi berat, maka ia akan berusaha untuk meniru perbuatan tersebut karena dirasa tidak berbahaya bagi dirinya. Maka, ia akan mulai untuk terlambat hingga akhirnya menjadi kebiasaannya sendiri.
Studi yang lain juga mengatakan bahwa kepribadian dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu like other men, like some other men, dan no like other men. Dalam study kasus mengenai orang yang suka terlambat, saya menganalisa berdasarkan kelompok like some other men.
Like some other men yaitu orang-orang yang berbeda untuk berkumpul dan membentuk suatu kelompok atau subkultur sendiri yang berbeda dari orang atau pihak lain. Mereka memiliki kepribadian yang hampir sama dalam beberapa hal atau aspek. Namun, dalam keseluruhannya mereka tetaplah orang yang berbeda dengan kepribadian yang berbeda pula. Dalam kasus ini, saya menyebutkan bahwa kebiasaan orang terlamabat adalah hal yang sama dimiliki beberapa orang. Pada saat mereka melakukan hal tersebut (terlambat), mereka merasa aman, karena selain orang tersebut, akan ada orang lain yang juga melakukan hal yang sama dan mereka sama-sama tidak mendapatkan sanksi yang berat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar